“Yang Lokal Jadi Raja: Pelajaran Emas untuk UMKM Indonesia”
Oleh Kang Apik – KOMUNET, Konsultan Bisnis www.komunikasi.net
Di tengah gempuran brand asing, ada tiga merek lokal yang bukan hanya bertahan, tapi menguasai pasar: Indomie, Vidio, dan Wardah.
Indomie — Berdiri sejak Juni 1972, menguasai 72,9% market share mi instan di Indonesia. Bukan sekadar produk, tapi sudah jadi cultural icon.
Vidio — Sejak 2014, berhasil mengumpulkan 60 juta pengguna aktif bulanan, bahkan menyalip Netflix di pasar lokal.
Wardah — Kosmetik halal sejak 2002 (relaunch 2009), menguasai 10,6% pasar di tengah kompetisi global.
Tiga merek ini membuktikan satu hal: brand lokal bisa jadi raja di negeri sendiri.
Kunci Sukses yang Bisa Dipelajari UMKM
1. Pahami Pasar Lokal dengan Mendalam
Indomie paham selera lidah Indonesia, dari rasa soto sampai sambal matah. UMKM juga harus begitu — kenali “lidah” konsumen Anda, entah itu selera, budaya, atau tren yang sedang naik.
2. Berani Melawan Pemain Besar
Vidio tidak minder bersaing dengan Netflix. Kuncinya, fokus pada konten lokal yang relevan. UMKM juga harus percaya diri melawan brand besar dengan keunikan lokal.
3. Bangun Identitas dan Nilai yang Kuat
Wardah bukan sekadar jual lipstik, tapi membawa misi “kosmetik halal” yang jelas targetnya. UMKM pun harus punya core value yang membedakan.
4. Konsistensi dan Inovasi Beriringan
Semua brand ini terus berinovasi tanpa meninggalkan identitas. UMKM jangan hanya ikut tren, tapi juga jaga ciri khas sambil beradaptasi.
Kaitannya dengan UMKM
Banyak UMKM berhenti di level “cukup laku” karena merasa kalah modal atau kalah teknologi. Padahal, modal terbesar UMKM adalah pemahaman pasar lokal yang brand asing tidak punya.
Jika UMKM mau meniru resep sukses tiga brand ini — fokus, konsisten, dan punya positioning jelas — bukan mustahil UMKM juga bisa menjadi “raja” di segmen masing-masing.
Ingat, Indomie, Vidio, dan Wardah dulunya juga mulai dari titik nol. Perbedaannya hanya satu: mereka mau main jangka panjang dan berpikir besar.
💡 Pesan Kang Apik:
"UMKM itu jangan sekadar jualan, tapi bangun kerajaan. Karena di era sekarang, yang lokal bisa jadi raja — kalau tahu caranya."