KOMUNIKASI.NET

Gen Z, Startup Industri, dan UMKM Harus Melek Bahasa Kantor! 16 Istilah Corporate yang Bikin Kamu Naik Kelas Profesional

 


*" Gen Z, Startup Industri, dan UMKM Harus Melek Bahasa Kantor! 16 Istilah Corporate yang Bikin Kamu Naik Kelas Profesional"

Oleh Kang Apik & Bu Er, Konsultan Branding & Pengembangan SDM — Komunikasi.net

Dunia kerja hari ini bergerak cepat, penuh istilah baru, dan menuntut kemampuan komunikasi yang makin strategis.

Yang menarik, bukan cuma Gen Z yang perlu beradaptasi — tapi juga pelaku industri dan UMKM yang ingin naik kelas dan bersaing seperti korporasi besar.


Masalahnya, banyak yang masih “kagok” dengan istilah kantor modern:

“MoM itu apaan?”
“Follow up sama catch up bedanya di mana?”
“Apa pentingnya OKR buat UMKM?”

Padahal, kalau mau bisnis makin profesional dan dipercaya investor, pelanggan, atau mitra besar, bahasa korporat ini bukan sekadar gaya — tapi bagian dari branding dan sistem kerja yang efisien.

Yuk, kita bedah satu per satu istilah penting yang wajib dikuasai oleh Gen Z profesional, pelaku industri, dan pelaku UMKM yang ingin naik kelas.

1. Benchmark

Benchmark artinya standar pembanding buat menilai performa atau hasil kerja.

Di perusahaan besar, semua capaian dibandingkan dengan benchmark agar hasilnya bisa diukur.

Untuk UMKM:
Gunakan benchmark buat menilai efektivitas penjualan, konten media sosial, atau performa tim. Misal:

“Penjualan kita minggu ini sudah 80% dari benchmark bulan lalu, berarti strategi promosi berhasil!”

2. Reach Out

Artinya menghubungi orang untuk koordinasi, kolaborasi, atau negosiasi.
Bukan sekadar “chat”, tapi komunikasi profesional dengan tujuan jelas.

Untuk pelaku usaha:
Biasakan pakai istilah dan etika komunikasi profesional, seperti:

“Terima kasih sudah reach out ke tim kami. Kami akan tindak lanjuti segera.”

3. OKR (Objective Key Result)

Tujuan dan hasil utama yang ingin dicapai organisasi.

Perusahaan besar selalu punya OKR untuk mengukur arah dan hasil kerja.

Untuk UMKM:
Gunakan sistem OKR sederhana. Misal:

Objective: Meningkatkan omzet bulanan.

Key Result: Naik 20% dalam 3 bulan dengan strategi promosi digital.

4. CTA (Call To Action)

Ajakan yang mendorong tindakan, misalnya “Beli Sekarang”, “Daftar Gratis”, “Kunjungi Toko Kami”.

CTA adalah jantung komunikasi pemasaran digital.


Untuk UMKM :
Tambahkan CTA yang jelas di brosur, media sosial, atau WhatsApp Bisnis. Jangan cuma promosi, tapi arahkan audiens untuk bertindak.

5. Appointment

Janjian resmi yang disepakati kedua pihak.
Di dunia kerja, appointment adalah tanda komitmen dan profesionalitas.

Untuk UMKM:
Gunakan sistem janji temu (booking) agar pelanggan merasa dilayani secara teratur.

“Terima kasih, Kak! Appointment hari Kamis jam 14.00 sudah kami catat.”

6. FU (Follow Up)

Menindaklanjuti hal yang sudah dibahas atau disepakati.
Bisa lewat email, WA, atau laporan kerja.

Untuk pelaku industri & UMKM:
Follow up bukan ngejar-ngejar, tapi bentuk tanggung jawab.

Tanpa follow up, peluang kerja sama bisa hilang.

7. AFK (Away From Keyboard)

Sedang tidak aktif di depan komputer.
Istilah ini penting di era remote working.

Untuk tim UMKM digital:
Gunakan sistem kerja transparan: kalau AFK, beri tahu tim agar komunikasi tetap efektif.

8. MoM (Minutes of Meeting)

Catatan hasil rapat berisi keputusan, timeline, dan tindak lanjut.

Untuk UMKM dan komunitas usaha:
Biasakan membuat MoM setelah diskusi atau rapat.

Dengan MoM, semua anggota tim tahu arah kerja tanpa miskomunikasi.


9. Onboarding

Proses adaptasi karyawan baru agar memahami budaya dan sistem kerja.

Untuk pelaku UMKM:
Meski tim kecil, buat panduan onboarding sederhana.

Misal: penjelasan visi misi usaha, cara komunikasi, dan standar pelayanan pelanggan.

10. EoD (End of Day)

Batas waktu pekerjaan sampai akhir hari kerja.

Untuk industri dan UMKM:
Beri target realistis harian.

“Tolong laporan transaksi selesai EoD, biar bisa rekap sore ini.”

11. C-Level

Jajaran eksekutif tertinggi: CEO, CMO, CTO, CFO.
Mereka pengambil keputusan strategis di korporasi.

Untuk UMKM:
Kamu boleh aja belum punya C-Level formal, tapi biasakan role clarity — siapa yang bertanggung jawab atas strategi, operasional, keuangan, dan pemasaran.

12. SOW (Scope of Work)

Ruang lingkup pekerjaan dalam proyek.
Isinya: tugas, batasan, target, dan hasil yang diharapkan.

Untuk UMKM yang kerja sama dengan pihak lain:
Selalu buat SOW tertulis sebelum mulai proyek, biar tidak ada salah paham di tengah jalan.

13. Sprint

Metode kerja cepat dan fokus dalam waktu singkat (biasanya 1–4 minggu).
Populer di dunia startup dan agile project.

Untuk UMKM kreatif:
Gunakan sistem sprint buat kampanye singkat: misal, “Sprint promosi 7 hari untuk peluncuran produk baru.”

14. Catch Up

Pertemuan singkat untuk update progres.
Biasanya santai tapi tetap produktif.

Untuk UMKM :
Lakukan catch up mingguan biar semua anggota tim tahu apa yang sedang berjalan dan apa yang perlu dibantu.

15. Deep Dive

Pembahasan mendalam tentang satu topik tertentu.
Bisa strategi bisnis, produk, atau pemasaran.

Untuk pelaku UMKM:
Lakukan sesi deep dive sebulan sekali untuk menganalisis data penjualan, tren pasar, dan umpan balik pelanggan.

16. Engagement

Keterlibatan aktif orang terhadap sesuatu: bisa karyawan, pelanggan, atau audiens.


Untuk industri & UMKM:
Tingkatkan engagement tim dan pelanggan lewat komunikasi yang terbuka, konten interaktif, dan pelayanan responsif.

Engagement tinggi = kepercayaan tinggi.

_Corporate Mindset untuk Semua Skala Usaha_

Perusahaan besar bukan hanya soal modal besar — tapi soal sistem berpikir dan bahasa profesional.

Kalau Gen Z, pelaku industri, dan UMKM mulai memahami istilah dan pola komunikasi ini, maka cara kerja mereka akan:

- Lebih terstruktur,

- Lebih efisien, dan

- Lebih dipercaya oleh mitra dan pasar.

Jadi, belajar bahasa kantor bukan cuma biar keren — tapi biar setara dalam profesionalitas.

“Korporasi besar lahir dari kebiasaan kecil yang disiplin dan konsisten.

UMKM bisa besar, kalau mulai dari hal sederhana: komunikasi profesional, dokumentasi rapi, dan kerja yang terukur.”

Mulailah dengan memahami istilah, menerapkannya di sistem kerja harian, dan bangun budaya profesional di setiap level usaha.

Karena bahasa kerja yang benar — adalah langkah pertama menuju pertumbuhan yang berkelanjutan.

Mari Naik Kelas - Bersama www.komunet.id/promo