KOMUNIKASI.NET

Era Media Sosial Berakhir? Ini Bukan Kiamat, Tapi Titik Balik.

Oleh: Kang Apik, CEO KOMUNET | www.komunikasi.net

“The social media era is over.”
Kalimat ini bukan judul clickbait. Ini adalah pernyataan serius dari Mark Zuckerberg, CEO Meta Platforms Inc., perusahaan raksasa di balik Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

Sebagai pionir dan pelopor media sosial, ketika Mark berbicara demikian, dunia digital pun terpaku. Bukan hanya karena datang dari orang yang membesarkan istilah social media, tapi juga karena ini menyiratkan bahwa lanskap komunikasi global telah memasuki fase baru—yang berbeda, bahkan mungkin berlawanan arah dengan awalnya.


Dari Ruang Sosial ke Mesin Hiburan

Mari kita tengok sejenak sejarah:
Facebook lahir sebagai media untuk saling terhubung. Pengguna bisa berteman, berbagi cerita, dan berinteraksi secara personal. Era ini melahirkan istilah “teman dunia maya” dan mendekatkan jarak antar manusia.

Namun dalam satu dekade terakhir, algoritma dan monetisasi perlahan mengubah esensinya. Facebook (dan platform lain sejenis) kini lebih mirip mesin hiburan raksasa yang dikendalikan oleh minat, bukan hubungan. Konten dari teman kini tenggelam di antara video viral, berita yang dikurasi mesin, dan rekomendasi tak personal.

Apa artinya?
Media sosial hari ini lebih fokus pada engagement dan waktu tonton, bukan koneksi. Kita sedang hidup di era algoritma, bukan lagi era hubungan.


Dampak Nyata bagi Dunia Bisnis dan UMKM

Pernyataan Zuckerberg bukan sekadar refleksi bisnis, tapi peringatan dini bagi semua pelaku usaha. Dunia usaha—terutama sektor UMKM yang sangat menggantungkan diri pada media sosial—harus waspada dan adaptif.

1. Keterhubungan Sosial Semu

Saat konten dikendalikan mesin, hubungan otentik dengan pelanggan menjadi barang mahal. UMKM tak bisa lagi berharap bahwa postingan akan otomatis menjangkau pelanggan.

“Berteman di media sosial tidak otomatis berarti terhubung.”

2. Ketergantungan yang Berisiko

Mengandalkan satu kanal—apalagi kanal yang tidak bisa dikendalikan sendiri—adalah strategi yang rapuh. Saat algoritma berubah, jangkauan bisa turun drastis, dan bisnis bisa goyah.

3. Kebutuhan Akan Komunitas Nyata

Di tengah kerusuhan algoritma dan distraksi digital, yang justru menjadi harta paling berharga adalah komunitas. Komunitas adalah ruang di mana interaksi terjadi dengan nilai dan makna. Tempat bisnis dan pelanggan bisa tumbuh bersama, bukan sekadar “follow-unfollow”.


Lalu Harus Bagaimana?


Berakhirnya era media sosial bukanlah akhir dari segalanya. Justru ini adalah peluang untuk kembali ke dasar-dasar membangun hubungan manusiawi.

KOMUNET mengusung tiga arah baru untuk UMKM:

  1. Bangun Aset Digital Milik Sendiri
    Website, kanal broadcast, dan data pelanggan adalah harta. Jangan hanya mengandalkan platform gratisan yang mudah berubah arah.

  2. Perkuat Komunitas, Bukan Sekadar Followers
    Komunitas adalah modal sosial. Bangun interaksi yang lebih otentik dan berkualitas, bukan sekadar konten viral.

  3. Gabung dalam Ekosistem Kolaboratif
    KOMUNET hadir sebagai konsultan bisnis yang tidak hanya memberikan strategi, tapi juga ekosistem: dari edukasi, teknologi, hingga dukungan kolaborasi antar pelaku usaha.


Penutup: Saatnya UMKM Naik Kelas Lewat Strategi Baru

Jika Anda pelaku UMKM atau calon pengusaha, jangan takut pada perubahan. Justru di balik setiap krisis, selalu ada peluang untuk melompat lebih tinggi.

Zuckerberg memberi kita alarm. Tapi jalan keluarnya ada di tangan kita sendiri.

Bersama KOMUNET, mari ubah arah—bangun strategi baru, kuasai kanal sendiri, dan tumbuh dalam komunitas nyata.

Karena ketika media sosial tak lagi sosial, saatnya kita kembali jadi manusia yang benar-benar terhubung.


Untuk informasi lebih lanjut atau konsultasi bisnis UMKM,  www.komunikasi.net
KOMUNET – mitra strategis kemajuan bisnis Anda.